Banyuwangi : Ijen Part 3




Salah satu kunci dari perjalanan adalah menikmatinya dengan penuh syukur, merasakan hawa berbeda dari tiap tempat yang dilintasi, mengobrol ringan dengan teman perjalanan, menyambut tiap ‘kejutan’ yang tak disangka atau berkontemplasi dengan diri sendiri.

Alhamdulillah perjalanan lancar, berhenti untuk rehat dan makan malam di Probolinggo. Lalu kembali  lagi menyusuri jalur utara dalam gelap. Di tengah perjalanan, ternyata ada operasi kepolisian, bukan untuk memeriksa SIM/STNK dari pengemudi. Tapi pemeriksaan mobil beserta isinya juga. Lancar, karena memang kami tidak membawa senjata tajam, obat terlarang, dll. Hanya ada sedikit kejadian konyol yang dialami syarif. Saat diminta STNK dan SIM, bukannya bingung nyari SIM A nya sendiri tapi pinjam ke ocha, soalnya SIM A nya syarif ternyata lagi tertimbun di tas bagasi mobil.  Karena di mobil juga nggak keliatan, langsung deh dikeluarin berbagai macam kartu dari dompet ocha. Dan karena lagi-lagi nggak keliatan, yang dikasih ke pak polisinya malah SIM C, bukan SIM A. Tapi kayaknya emang fokusnya bukan untuk pemeriksaan SIM dan STNK, jadi kita lolos aja meski SIM juga nggak sesuai ama muka sopir.

Lanjut perjalanan, karena ngantuk tak kunjung datang. Sedangkan bangku depan kami sepertinya sudah mulai mengantuk, pak sopir yang mengemudikan mobil sendirian kasihan juga kalo ditinggal tidur. Kami pun ngobrol ngalor ngidul, dari aktivitas, kapan nikah #eaaa, rencana perjalanan berikutnya, dll. Saat sudah memasuki jalanan ijen, semuanya tambah lebih gelap. Karena memang tidak adanya penerangan dan rumah penduduk di sepanjang jalur. Hanya ada beberapa blok kampung yang tersebar di beberapa titik. Setelah berkutat dengan jalan sepi dan gelap, akhirnya kita tiba di pos bayangan. Di sini kami diminta untuk memberikan jumlah rombongan dan pembayaran uang jalan seiklhasnya. Tak jauh dari pos bayangan ternyata ada pos 1  yang meminta jumlah rombongan dan uang jalan. Dan ketika hampir sampai paltuding, kami bertemu satu pos yang sama dengan instruksi yang.....sama juga #eaa. Sampai Paltuding, atau pos terakhir sebelum jalur pendakian, kami rehat sebentar, persiapan barang-barang yang dibawa, ke toilet dan foto-foto. Hehe.

Di Paltuding telah banyak mobil dan motor yang berjejer dengan rapi menandakan sudah banyak orang yang datang sebelum kami. Di sana ada toilet juga yang disediakan untuk pengunjung, jadi lebih baik ke toliet dulu karena di jalur pendakian nanti nggak ada toilet umum kecuali di pos akhir sebelum kawah ijen. Ada warung-warung makan kalo pada mau ngisi perut sebelum mendaki, karena lagi-lagi di jalur pendakian nggak ada warung selain yang ada pos akhir sebelum kawah ijen. Ada homestay juga ternyata, untuk pengunjung yang mau menginap sebelum atau setelah mendakii. Di beberapa titik terlihat tenda-tenda yang didirikan. Ada musholla juga di sisi yang berlawanan dari arah pendakian. Sebelum memulai mendaki, masing-masing pendaki dikenai biaya per orang dan dibayar di persimpangan jalur pendaki.

  

Comments