Banyuwangi : Ijen Part 5

Akhirnya saya kembali menemukan rombongan saat  sampai  di tanah datar, di sebelah kiri nampak serupa asap tinggi yang kita juga masih meraba-raba kira-kira itu apa. Kanan kiri mulai ramai orang yang duduk-duduk atau tiduran. Saya bergumam, "Oh, kita sudah sampai, mana blue fire nya?". 

Kami masih bingung memutuskan mau duduk atau melanjutkan ke bawah sampai terlihat jalur untuk turun ke kawah di ujung yang lain. Sambil menuju ke sana kami terus berpapasan dengan badan-badan terbaring yang mungkin kelelahan setelah pendakian. Ketika mendekati jalur yang kita tuju, sayup-sayup terdengar suara Pak Im memanggil "Sini-sini blue fire nya kelihatan dari sini". Kamipun berjalan menuju Pak Im dan rombongan. Aroma belerang mulai tercium dari sini.

Memang benar, samar-samar kami melihat blue fire dari kejauhan. Abang-abang ini pada nggak jadi turun untuk melihat lebih dekat. Karena emang sebenernya nggak boleh sih, semacam restricted area kecuali bagi penambang. Kalo kata Pak Im, lumayan berbahaya karena kita nggak paham jalur dan di bawah sana dan aroma belerang lebih kuat. Jadilah kami memandangnya dari kejauhan sambil menunggu waktu subuh. 

Tetiba dua orang teman kami yang tertinggal di belakang akhirnya muncul, herannya mereka kok pas-pasnya menuju arah kita. Padahal hari masih gelap dan kawasan yang cukup luas harusnya menjadi pemisah di antara kita #ceileee. Waktunya sholat subuh datang dan  tidak ada air bersih di atas sana sedangkan  air yang kami bawapun hanya cukup buat minum, akhirnya bersuci dengan tayamum deh kita. Gelar ponco dan shalat berjama'ah di atas terjalnya batu-batu dan keramaian orang. 

Matahari semakin mengeluarkan sinarnya, bagian bawah kawah semakin terlihat. Warna hijau cantik, beberapa tertutup asap putih besar. Lukisan alam di sekitarnya mulai nampak. Mulai dari tebing kapur (sepertinya) di sekeliling kawah, awan yang sangat bersih tidak meninggalkan sisa mendung, padang hijau di sisi yang lain dari tebing kapur. Jalan yang kami lalui kemarin ternyata adalah semacam jalur panjang dan cukup lebar memisahkan kawasan kapur putih2 deket kawah dengan kawasan bukit-bukit hijau. Setelah cukup poto sana sini, saya dan piko memutuskan untuk nunggu sambil jalan karena abang-abang ini belum selesai sesi pemotretan. 

kelas bunga feat gengs abang-abang 
Kami juga sempet membeli souvenir belerang yang dibuat oleh penduduk lokal juga. Harganya cukup terjangkau kok. Kami beli kura-kura kecil 5rb dapet 2 biji. Kalo bisa dibeli ya pas di Ijen karena bisa jadi itu jalan rezeki buat mereka. Kece lho di sana orang-orangnya pada pekerja keras, nggak ada minta-minta. Jadi bantulah dengan membeli sedikit produk belerangnya. hehe.

karena niken g jadi ikut, jadi kami bawain oleh-oleh poto dah :P
Jalur yang memisahkan sisi kawah dengan sisi bukit hijau

ini aslinya warna hijau kok bukit2nya, hehe. maaf kameranya belum kece

Ternyata menunggu abang-abang sesi pemotretan lama juga, padahal angin mulai kerasa lebih kenceng, matahari semakin naik. Kami putuskan untuk jalan pelan-pelan dulu. Ternyata emang jalurnya cakep banget, tapi lagi-lagi kamera saya nggak sanggup untuk mendokumentasikannya. Cukup pake lensa pemberian Allah :). Sepanjang perjalanan kami juga sempat ngobrol tentang penambangan tradisional yang masih terus ada di sini. Tanpa alat atau mesin yang mungkin malah bisa menghancurkan keindahan kawah. Tentang betapa penambang ini masih saja terus beraktivitas seperti ini selama berpuluh tahun, beberapa penambang juga nampaknya sudah jago bahasa inggris karena mulai banyak wisatawan internasional di sini. 

Kondisi sosial yang mungkin bagi kita nampak berat, namun belum tentu menurut mereka berat. Karena bisa saja mereka menikmati pekerjaan mereka tiap hari yang harus memikul beban puluhan kilo untuk terus menyambung hidup, menjaga kelestarian alam kawah ijen dari segala penambangan liar atau modern. Saya kagum, mereka tidak mengikuti arus urbanisasi untuk sekedar mencari nafkah di kota yang bisa saja ujung-ujungnya menjadi 'peminta-minta' dengan alasan kerjaan lebih mudah dan hasil lebih besar.

Sepanjang perjalanan berjumpa bapak-bapak penambang ini, jangan lupa sesekali menyapa atau menyemangati mereka. Jangan cuman motret 'candid' aja. hehe


Comments