Nikmat itu Bernama Sehat



Hai diri yang masih saja belum banyak bersyukur, bahkan nikmat bernafas dengan normalpun kadang-kadang belum bisa disadari sebagai hal luar biasa yang sangat patut disyukuri.

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Kembali diingatkan lagi saat hampir tiga pekan ini kondisi badan tidak stabil. Meskipun tergolong sakit 'ringan' batuk pilek dan sebagainya, tapi nikmat sehat itu jadi terasa sangat luar biasa. Gimana nggak, pas udah mendingan dari batuk, badan udah terasa lebih baik, rasanya dunia kembali berwarna, burung-burung berkicau kembali di pikiran kita, dan siap menghadapi dunia dengan kekuatan penuh #tsaahhh. Tapi tetiba pilek datang menerjang, badan kembali meriang disko, dunia kembali suram, burung-burung bermigrasi tanpa kicauan, dan meringkuk di sudut dunia bersama tumpukan tissu #brrrrr.


Dan saat kembali pilek sudah mereda, rasanya lagi-lagi dunia kembali cerah ceria, pohon-pohon di sepanjang perjalanan ikut menyapa. Alhamdulillah...

Ya, begitu lalainya kita saat masih sehat. Kadang masih males-malesan mau ngerjain ini itu, menunda hal-hal yang seharusnya dikerjakan, berat melangkahkan kaki menuju kebaikan, dan banyak excuse lain yang dibuat padahal kita dalam kondisi fisik yang oke banget. Sangat kerasa saat sakit, ada hal-hal yang seharusnya bisa dikerjakan saat sehat tapi nggak bisa dilakukan saat sakit.

Sama halnya dengan waktu luang bukan?

Tapi lagi-lagi Allah mengingatkan saya dengan banyak hal, betapa bernafas dengan hidung yang nggak mampet itu nikmat yang luar biasa, bahwa menikmati makanan dengan 'rasa aslinya' adalah hal yang tak tergantikan, betapa selama ini kita begitu meremehkan suhu badan normal yang sangat mahal harganya, bahwa kenikmatan suara tanpa batuk itu bagaikan jutaan ton kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Lalu apa lagi yang kurang saat bangun tidur dan kita menemukan seluruh anggota badan kita sempurna dan dalam kondisi sehat?








Comments