Semarang : Memandang Lebih Luas

Ceritanya habis dari kota tua semarang kita shalat zuhur-ashar sekalian rehat siang di Masjid Agung Semarang yang terletak di Simpang Lima. Misi pertamanya adalah mencari lahan parkir di areal masjid. Karena konon kabarnya cukup sulit nyari parkiran di sana karena eh karena ternyata selain jadi tempat parkir orang yang mau shalat, parkiran ini sering dipake juga buat orang-orang yang lagi mau ngemall yang emang letaknya tepat di depan masjid. Termasuk kami sih semalam sebelumnya saat mau nonton Pendekar Tongkat Emas di mall depan masjid, niat mau parkir di areal masjid, tapi Allah tidak ridho karena niat kami parkir bukan mau ke masjidnya *kayaknya gitu. 

Setelah shalat zuhur-ashar, niatnya mau leyeh-leyeh bentaran di masjid sambil ngerasain semilir angin yang sebenernya juga panas. Tapi Mas Didin, sepupu piko yang jadi guide kita selama di Semarang ngajakin 'ngadem' di mall depan. Eaaa ngademnya nggak di Masjid tapi di mall pemirsah  #timpukbakiak. Karena emang di Masjid Agung ini terlalu crowded juga, jadi kurang 'kenyamanan' kita sebagai para pencari masjid. *atau ini hanya alasan pembenaran?. Maafkan kami Ya Allah.

Sejenak leyeh-leyeh dan akhirnya nyusul juga ke mall. Sepanjang perjalanan menuju mall, lagi-lagi ketemu banyak pedagang yang belum bisa teratur. Dan menggunakan trotoar yang seharusnya jadi tempat buat pejalan kaki kayak kami ini. Atau di sana emang aturannya beda kali ya? saya nggak ngerti deh. Jadi semacam simpang lima ini terlihat ruwet karena lahan parkir dan pedagang. Ya, masalah parkir di kawasan itu juga sepertinya cukup pelik karena lahan yang terbatas, tapi orang-orang yang mau beraktifitas di sana cukup padat. 

Apa coba solusinya? saya jadi kepikiran kalo tata kota dalam mewujudkan kota yang lebih indah, nyaman, dan teratur adalah salah satu kunci keberhasilan Kepala Daerahnya. Teringat Madiun sendiri deh yang trotoar sekeliling alun-alunnya penuh sama pedagang, jadi di beberapa sisinya terlihat ada lobang dan membuat pejalan malah jalanan aspal, bukan di trotoar. Tapi di lain sisi, lihat juga wajah-wajah pedagang yang mungkin sedari pagi belum mendapat pembeli karena barang yang dijajakan kurang diminati, atau pedagang yang dalam usia pensiun masih saja terus berdagang.Terus gimana? ahhh.. kadang perjalanan bisa membuat kita lelah berkejaran dengan solusi yang seharusnya kita pikirkan bersama sekaligus memaksa kita memandang lebih luas dan dalam apa yang ada di depan mata.

Comments