Lombok : Laut, Darat, Laut, Darat lagi....



Indonesia adalah Negara dengan garis pantai terpanjang ke empat di dunia, luasnya bahkan dapat disamakan dengan jarak antara Teheran ke London. Sudah sejauh manakah kamu melangkahkan kaki? Bahkan untuk berkeliling ke seluruh pulau yang ada di Indonesia membutuhkan waktu tiga puluh tujuh tahun dengan asumsi sehari satu pulau. Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Kembali ke dermaga kecil dekat rumah pak arif, rencana awal mau ganti baju dulu di sana karena basah abis snorkeling. Tapi karena kita merasa ‘nanggung’ nggak bisa mandi bersih sekalian, jadilah kita memakai baju ‘mamel’ atau setengah kering itu mengarungi lautan -deuu bahasanya- yang memisahkan Sumbawa dengan Lombok. 


dari dermaga kecil yang menghubungkan sumbawa-kenawa

Sepanjang perjalanan naik ojek dari dermaga kecil ke pelabuhan poto tano, hal yang terlihat hanyalah bukit dan bukit. Sayang belum bisa berlama-lama di Sumbawa ini. Padahal bulan depan ada event Tambora Menyapa Dunia #eh. Gunung yang konon kabarnya saat meletus hampir 200 tahun lalu sampai mengubah iklim dunia. Dan kini hanya tinggal setengah badannya saja yang tersisa.


Setelah sampai di kapal, ternyata agak berbeda dengan yang kemarin kami tumpangi, lebih tertutup dengan menggunakan AC. Karena nampaknya pada kecapekan, kita udah nggak sempet poto-poto atau ngobrol-ngobrol panjang. Ambil posisi pewe masing-masing dan tidur. Rasanya perjalanan kali ini lebih slow dari yang kemarin. 

Sampai di pelabuhan kayangan, langsung dijemput pak Imam (driver sekaligus guide lokal yang sering bercerita tentang Lombok selama perjalanan). Tujuan selanjutnya, cari kamar mandi plus tempat sholat. Akhirnya kendaraan berhenti di salah satu masjid yang ukurannya besar sekali kalo ukuran kita di jawa, seperti yang saya jelaskan di beberapa artikel sebelumnya, karakteristik masjid di Lombok nggak ada yang kecil atau nanggung karena semua gede. Hehe.  

Usai sholat, langsung cus cari tempat makan dan rencananya akan lanjut ke tanjung aan, batu payung dan sekitarnya. Tapi eh tapi karena kayaknya tadi kita mandi terlalu lama jadinya diprediksi nggak nutut kalo ke batu payung yang konon katanya bagus tapi harus nyebrang lagi pake kapal. Jadilah kami berbelok arah ke Sukarara, semacam desa adat sekaligus sentra kain tenun. 

Di sana kita diperlihatkan cara menenun kain khas Lombok, ada dua jenis mesin tenun. Yang satu kecil untuk menenun kain ukuran standar, sedangkan yang satunya lebih besar untuk menenun kain tenun ikat kalo nggak salah namanya. Dan kalo adatnya di sini, anak gadis harus bisa menenun dulu sebelum menikah #uwooo. Di sini kita juga bisa foto pake baju adat sasak lho… huhuhu, jadi taruna dan dedare dalam beberapa menit. 

taruna dan dedare :D




Comments