Belajar

Keinginan beliau-beliau cukup sederhana, “Pengen baca yasin tapi versi huruf arabnya bukan huruf latin”. Dan mulailah kembali membuka jilid 1 untuk mengenal huruf hijaiyah, berlanjut di jilid 2 dengan pengenalan kasroh dan dhommah di bawah dan di atas huruf hijaiyah.

Beliau-beliau inilah yang dipertemukan oleh Allah dengan saya beberapa bulan terakhir ini. Dengan usia 60 tahun ke atas tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk belajar. Meski terkadang harus mengulang huruf yang sama setiap harinya untuk mengingatkan kembali. Tapi semangat yang terpancar dari mata berbinar dan suara masih jelas serta tegas mengembalikan saya pada titik awal pertama mengajar beliau-beliau ini. 

Teringat juga dengan wajah ibu-ibu di Keputih Tegal Timur yang dulunya setiap pekan disambangi untuk belajar mengaji juga. Satu kalimat yang sampai sekarangpun masih terngiang, “Jangan bosan kesini ya mbak, kami ingin belajar”. Meski pada prakteknya kadang yang datang hanya beberapa saja setelah silaturahim ke rumah-rumah. 
 Meski kadang merasa ‘da aku mah apa atuh ngajarin orang-orang ngaji’, tapi yang perlu di bold nampaknya bukan hal itu. Bukan tentang ketidakmampuan tapi kemauan. Karena kalo kemampuan masih bisa diapgrade kan? Kalo kemauan ya harus mau tidak mau mendorong diri sendiri. Sama seperti mau tidak maunya saya mengajar ngaji yang pada akhirnya Allah menunjukkan jalanNya biar saya mau belajar lagi. Dan salah satu yang membuat saya mau untuk terus belajar adalah dengan mengajarkannya. Lalu, apa yang masih menghalangi kita untuk belajar dan mengajarkannya?

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)






















































































































Comments