Ruang Kenangan Manarul 'Ilmi

Terkadang, saat kita lelah, kenangan adalah tempat kita pulang. Untuk sekedar mensyukuri nikmat-Nya, untuk sekedar mengingat kebaikan saudara. Terkadang, saat kita jenuh dengan segala macam rintangan, kenangan adalah tempat kita pulang. Untuk sekedar mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang tengah berlalu.(Dea-Simfoni Pelangi)
catatan syuro anti mainstream, hehe. Kalo bosen ya pake pensil warna aja sambil gambar2 :3.
diambil di BU luar saat syuro apa saya lupa.


Berawal dari kerinduan yang tiba-tiba muncul, Surabaya yang tak jadi ditengok liburan ini dan buku simfoni pelangi yang kembali dibaca. Kangen dengan resonansi wajah tenang dalam setiap ingatan, jalan penuh cerita yang telah dilalui dan berjuta warna yang tak bisa dijelaskan, karena mereka begitu abstraktif dalam kepala saya. hehe

Kalo ngomongin Surabaya pasti nggak ketinggalan yang akan saya inget adalah ITS dan kalau sudah ngomongin ITS yang akan jadi fokus saya adalah Masjid Manarul ‘Ilmi. Betapa ribuan bahkan mungkin milyaran hal terjadi di sana dengan kisah dan pengalamannya masing-masing. Termasuk yang terjadi pada saya tentunya. Bagi saya manarul ilmi adalah ‘rumah’ dimana saya bisa meletakkan segala bahagia sekaligus lelah, tempat semua kisah yang tak mungkin dihapus dari ingatan dimulai, tempat saya mendapat banyak hal dari setiap sudutnya. Bahkan saat nggak ada kuliah saya akan lebih mudah ditemui di manarul kali ya daripada di jurusan. Dan akhirnya harus menyerah kembali saat tanggal merah depan belum jadi bisa ke Surabaya dan menemuinya.


Sudut-sudut penuh kenangan di Manarul ‘Ilmi versi saya:

  • Tempat sholat putri
Tempat paling nyaman kalo di manarul ‘ilmi ya di lantai 2 nya, karena bisa lebih leluasa tentunya daripada di serambi yang penutupnya lebih sedikit. Angin semilir kadang juga menerobos melalui jendela kaca lebar di atas yang terbuka atau juga deket tangga pemisah antara lantai 1 dan lantai 2. Awal mentoring lintas jurusan juga dimulai di sini, manarul ilmi lantai 2.  Kadang-kadang dipake syuro juga kalo tempat syuro lain udah pada penuh. Kalo istilah tempat syuronya jadi TU (Timur Utara).
  • Serambi selatan
Nah ini serambi paling aman buat makhluk bernama muslimah, karena biasanya hampir semua serambi dikuasai para pria. Karena tempatnya yang deket dengan tempat wudhu putri juga kali ya ni serambi biasanya dijadiin tempat tunggu-tungguan tas, tempat kajian atau mentoring putri, tempat al-ma’tsurat dll yang berbau muslimah. Ademmm rasanya kalo udah bersembunyi di balik pilar segede gaban trus pas hijab kecil itu nutupin serambi selatan sambil leyeh-leyeh nunggu panggilan sholat berikutnya atau nunggu syuro berikutnya #eh.
  • Barat Utara (BU)
Namanya emang rada-rada kurang familiar kali ya, biasanya kita nyebutnya BU luar atau BU dalam. Untuk yang BU luar biasa buat syuro dengan hijab di tengahnya dan papan tulis kecil sebagai pelengkap. Kayaknya dulu paling hobi syuro di sini karena tempatnya paling tertutup dari dunia luar. Kalo BU dalam biasanya dipake buat acara-acara agak resmi gitu atau buat syuro dengan jumlah masa yang cukup besar.
  • Perpustakaan dan depan perpus
Nah, tempat ini letaknya di bawah BU, agak nyempil sih memang tapi buku-buku yang ada di sana kumplit. Sayangnya saya juga bukan orang yang termasuk hobi pinjem buku di perpus karena kalo minjem biasanya saya lama #ngeles. Depan perpus ini tempat syuro lagi hehe, dengan hijab dan papan tulis kecil tentunya. Tapi biasanya nggak jadi alternatif awal sih ni tempat karena polusi suara dari motor yang lewat dan juga beberapa orang yang berseliweran.
  • Sekpa dan sekpi
Nah yang sekpa sih saya nggak pernah ke sana, karena khusus buat ikhwan, jadi paling saya perginya ke sekpi atau sekretariat putri yang dulu masih jarang dipake. Paling buat naruh barang, syuro dan nerima tamu. Tapi emang dulu tu rada males ke sono karena jalannya muter lewat semak-semak yang konon kabarnya ada ulil di salah satu lobangnya :3
  • Sahada corner
Ah ini yang saya kehilangan juga, dulu ada semacam kantin di masjid yang jual beraneka ragam keperluan meski yang paling banyak jajannya sih. Tapi karena kena peraturan baru, hilanglah sahada corner beserta dagangannya yang biasa dikelola cak jo. Tempat ini juga biasanya jadi tempat kongkow kalo lagi pengen njajan dan ngobrol sama yang lain.
  • Ruang Utama
Nah ini yang paling lega ruangannya karena emang ruang utama, hehe. Saya ke sana kalo pas lagi ada acara aja macam mentoring klasikal atau pas tarawih juga ding. Ruang utama yang gede dan sekarang katanya ada sajadah granit yang baru.

Setiap sudut ternyata penuh kenangan, belum lagi sekarang pembangunannya yang terus-menerus. Kayaknya terakhir liat manarul itu tahun lalu saat wisuda etoser, pas ada proyek sajadah granit itu juga. Sebentar lagi ramadhan dan aroma RDK tercium sampai di sini, hehe. Sampai kapanpun manarul tetap dihati #eaaa

Comments