PikNik

percakapan di sebuah eskalator, dua orang sahabat bergandengan tangan sambil nyengir #eh.

lupa redaksi lengkapnya, tapi pada intinya seperti inilah percakapan tersebut:

saya: kenapa kita gini banget ya? *sambil ngeliat gandengan tangan yang dari tadi ternyata sudah terjadi #eaaa
piko: iya ya, mumpung kita masih bisa 
dan kami nyengir lagi. :D
ya, sebelum mungkin kami akan 'menjemput' fase hidup berikutnya dan kemungkinan jarak dan aktifitas yang tak lagi sama.

percakapan yang selintas nampak geje :P, tapi ternyata cukup membekas bagi saya. Ya, ceritanya saya dan piko lagi nyari sesuatu buat niken yang sebentar lagi akan menggenapkan usianya. Duluuuuu banget zaman SMA kita sering banget yang namanya ke tempat kemarin kita nyari-nyari barang. Mulai dari nyari diskonan sepatu, diskonan kaos, nyari kado atau sekedar jalan-jalan. Pas kuliah, saya sudah berpisah dengan mereka berdua. Dan ternyata jarak Bandung-Surabaya cukup menciptakan keheningan yang lama kecuali saat lebaran tiba. Sampai akhirnya kami secara hampir bersamaan pulang ke Madiun.

Dan selama kurang lebih setahun ke belakang kami seriiiiiinggg sekali yang namanya piknik dan melakukan aktivitas bersama. Kalo kegiatan piknik memiknik terjadi saat kita semua dapet SIM A, setelah niken sudah mendahului beberapa tahun sebelumnya. Dan kegiatan yang lain adalah aktivitas yang kita bikin untuk kebermanfaatan diri dan juga orang lain #aamiin. 

Saat sekarang, mungkin sebentar lagi kami akan terpisahkan lagi oleh jarak. Kebiasaan-kebiasaan yang selama setahun ke belakang bisa jadi berubah sedikit demi sedikit. Dan mungkin banyak hal yang secara alamiah akan tidak sama lagi. Setelah beberapa waktu lalu sempat bikin semacam buku kaleidoskop piknik untuk kami bertiga, rasanya sekarang segala hal yang diobrolkan atau kebiasaan dalam perjalanan maupun sehari-hari masih terngiang dalam otak.

Piko dan Niken, dua orang yang 'baru' saya kenal saat kelas 2 SMP mungkin adalah salah satu 'paket lengkap' yang dikirim Allah untuk saya. Paket lengkap dalam bentuk sahabat yang insyaa Allah akan sampai ke surgaNya kelak bersama-sama. Kelak mungkin jika kita 'sudah dibawa' oleh imam masing-masing, momen yang biasa dilakukan sudah tidak akan sama lagi. Mungkin pula akan tercipta sedikit keheningan dalam obrolan-obrolan kita yang mungkin tidak dilakukan dalam satu majelis. Tapi, bagaimanapun Allah telah begitu baik memberikan kesempatan untuk mengenal Piko dan Niken. Dan menghabiskan hampir separuh hidup (hitungan usia sekarang) bersahabat dengan mereka. Terimakasih Ya Rabb, terimakasih Piko dan Niken ^_^

Comments