tik tok tik tok

tik tok tik tok....

seperti pagi-pagi biasanya saat akan pergi bekerja, menghampiri mbah dan pamit adalah salah satu kebiasaan sejak zaman sekolah dan akhirnya kembali dilakukan setelah sempat beberapa tahun jadi anak rantau. Dan sejak senin pekan lalu simbah selalu menanyakan hal yang sama:

simbah: arep budhal neng endi? (mau berangkat kemana?)
saya: bidhal kerja mbah *dengan tampang bingung pas ditanyain pertama kali, perasaan mbah ingatannya masih oke2 aja.
simbah: lho... kok sik mlebu kerjo. (lho... kok masih masuk kerja)*kata simbah dengan air muka keheranan
saya: inggih, teseh dangu mbah acaranipun. (iya, masih lama mbah acaranya) *kata saya sambil tersapu-sapu #eh

dan adegan tersebut masih berlangsung hingga tadi pagi, yang berarti kurang empat hari lagi saya akan cuti, it means sehari sebelum acara saya baru cuti. :3

berbeda dengan kalender berstabilo hijau atau kalender berstabilo orange beberapa waktu lalu, yang menandakan liburan, kali ini kalender di meja kantor saya tetap putih tak berstabilo apapun. Padahal surat izin cuti sudah keluar dan saya bahkan akan 'libur' lebih lama dari kalender berstabilo orange apalagi kalender berstabilo hijau. Baiklah... kali ini saya tidak akan membahas tentang kalender atau cuti-cutian atau libur-liburan. Tapi mengingatkan diri saya sendiri tentang tanggal 20 September 2015, bahkan ketika memikirkannya pun hati saya masih sering mencelos *apa tu artinya?. 

Seperti yang sudah pernah saya tulis tentang mitsaqon gholidzho, "karena menikah bukan hanya tentang 'kapan' dan 'siapa'". Saat sekarang insyaa Allah pertanyaan tentang 'kapan' dan 'siapa' sudah terjawab, maka saatnya kembali menguatkan pemahaman tentang mitsaqon gholidzo, kembali melembutkan hati untuk terus mendekatiNya, meluruskan niat dan tujuan tertinggi hanya untuk Rabb, dan masih banyak lagi. 

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Allah menyebutkan tentang mitsaqon gholidzho dalam Al-Qur'an pada 3 ayatnya QS Al-Ahzab:7, QS An-Nisa: 154 dan QS An-Nisa: 21. Dan yang berkaitan dengan apa yang saya maksud di atas adalah QS An-Nisa:21. 


"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat."

tentang mitsaqon gholidzho atau perjanjian yang kuat antara seorang laki-laki dengan Allah yang disaksikan malaikat dan mengguncang arsy. Peristiwa bumi yang mampu mengguncang arsy. Membacanyapun membuat saya gugup. Tapi itulah yang insyaa Allah akan terjadi, jika Allah telah menuliskannya dalam lauhul mahfuz. Ucapan yang terdengar sederhana bahkan sangat sederhana, tidak berbelit-belit, tidak juga puitis tapi mampu mengguncang arsy-Nya. Mampu mengubah suatu kondisi dengan cukup signifikan. Karena darinya seorang laki-laki yang kemudian setelah mengucapkan ijab qobul akan serta merta berubah statusnya. Begitupun seorang perempuan yang disebut namanya olah laki-laki tersebut akan berubah statusnya. Dan status tersebut bukan hanya sekedar 'embel-embel' yang bisa dengan mudah diganti, tapi merupakan sebuah konsekuensi akan suatu hal yang akan terjadi setelahnya.

ya kan? karena menikah bukan hanya tentang 'kapan' dan 'siapa'. karena menikah juga bukan hanya tentang persiapan teknis ini itu. Tapi tentang segala niat, tentang pembuktian kecintaan kita padaNya dan RosulNya, juga tentang visi 'langit' yang akan terus dikejar, juga tentang pembelajaran hidup dariNya yang harus kita maknai dan nikmati dalam setiap fasenya. Juga tentang sabar dan syukur yang seharusnya menjadi pengiring tiap hikmah dariNya.

Bismillah... ^_^ 
mohon doanya 


Comments