Hai Sahabat



dudu dan jendela lebar di lantai 2
Hai sahabat, aku meninggalkanmu begitu lamakah? baiklah...maafkan aku :) aku sempat nervous saat ingin menyapamu kembali.. hehe. Tidak, aku tidak punya hal sejenis lagi sepertimu sahabat, tapi aku mendapat 'paket lengkap' dariNya yang membuatku lama tak menyapamu. Tapi kini aku kembali rindu padamu sahabatku #mellow mendung kayak langit di luar sana.

Sekarang aku tinggal di salah satu sudut ibu kota negara Indonesia, hal yang dulunya sangat kuhindari, kau tau kan :) tapi kini malah aku menjadi salah satu pendatang yang entahlah menambah kebaikan atau malah menumpuk masalah yang sudah banyak di sini. Tapi aku hanya mencoba beradaptasi. Dan ternyata tidak seburuk yang kubayangkan sebelumnya, karena ya aku tidak terlibat di kemacetan yang konon seperti makanan sehari-hari di sini, aku pun tidak terlibat dalam persaingan mendapatkan ruang di dalam KRL yang selalu penuh di jam berangkat dan pulang kantor, aku tidak juga terlibat di hiruk pikuknya jalanan yang menawarkan segala hal di luar sana. Aku cukup berada di sepetak ruang di salah satu gang buntu di perumahan, sepi dari aktivitas kendaraan, jendela lebar di lantai dua yang membuatku selalu leluasa dalam memandang langit, menantikan jam pulang kantor untuk menyambutnya pulang, berinteraksi dengan saudara-saudara baru yang cukup menyenangkan, berjalan di lingkungan yang cukup nyaman.

Sesekali aku pernah menjadi salah satu orang yang menggenggam pegangan di atas kepala dalam KRL, sesekali aku pernah melihat padatnya jalanan, sesekali aku pernah melewati gang-gang sempit yang penuh dengan rumah di kanan-kirinya, sesekali aku juga pernah di terik matahari dalam kemacetan. Tapi hanya sesekali, bukan setiap hari.

Apalagi yang ingin kuceritakan padamu? hmm... ya di sini begitu ajaib, segala rupa hal dijual secara berkeliling. Mulai dari makanan (bakso, ketoprak, bubur ayam, roti, sate, gorengan, sekoteng, mi ayam dan kawan-kawannya), pupuk, jasa sol sepatu, baterai jam, jual beli barang bekas, dan masih banyak lagi. Sesekali aku melongok dari jendela lebar di lantai dua ini, untuk melihat Pedagang apa yang sedang menjajakan dagangannya, karena mereka memiliki ciri khas suara masing-masing. Tidak jarang mereka berjalan kaki dengan pikulannya yang nampak berat. Dan entah berapa penghasilan yang mereka dapat hari itu ataukah mereka punya pekerjaan lain selain menjajakan dagangan berkeliling? Yang jelas, mereka terlihat gigih dengan segala hal yang mereka bawa. Karena banyak yang bilang, 'Ini Jakarta, hidup lebih keras di sini', hal yang juga masih sering kupertanyakan, tidakkah ada kehidupan lain yang lebih baik di tempat lain atau dengan kondisi lain? ah tapi aku tidak bisa melihat sebelah mata pilihan hidup masing-masing orang bukan? semoga segala aktivitas yang bapak-bapak Pedagang ini lakukan diberkahi Allah.

Sudah dua lebih aku di sini, menyesap hidup baru yang diberikanNya. Melihat dan mengalami hal yang berbeda dari sebelumnya. Sahabatku, ketika aku rindu padamu, aku akan pulang ke sini, percayalah. :)


Comments

April Fatmasari said…
Mbaak imaaash sdh ke ibukota yaa :)
Immash said…
sudah dek... :) dari akhir nopember..