Pengantin Tanpa 'Pelaminan'

Nak, ayah dan ibumu dulu menikah tanpa ‘pelaminan’, jika pelaminan yang dimaksud adalah kursi pengantin yang cantik beserta dekorasinya yang manis. Kami menggunakan kursi plastik yang sama dengan para tamu undangan. 

Nak, ayah dan ibumu dulu memulai semuanya dengan sangat sederhana.. jika boleh dibilang seperti itu. Undangan pernikahan dibuat manual, dengan bantuan eyang putrimu dan eyang bulek, desainnya dari sahabat ibumu. Baju pengantin ibumu dibuat oleh budemu, sepupu ibumu, pun baju eyang putri sidorejo dan eyang putri margakarya. Tidak ada fotografer yang lengkap dengan payung2 atau berbagai efek lainnya, yang ada adalah sahabat ibumu yang menjadi fotografer dengan peralatan yang dia miliki. Tidak ada nyanyian2 ‘live show’ seperti yang biasa ada di pernikahan2 kekinian. Yang ada hanyalah alunan sederhana dari sound system sederhana milik eyang Om mu. 


Nak, kami memang dulu tidak ingin terlalu 'ribet’ dengan acara seremonial yang sebenarnya memang bukan inti dari pernikahan itu sendiri. Kami mempersiapkan semampu dan sebaik yang kami bisa. Meskipun kala itu ayahmu juga sedang berada nun jauh di sana, tapi ibu percaya ayahmu juga banyak membantu doa untuk kelancaran semua acara. 

Nak, jika kau telah lahir kelak ibu dan ayah juga masih akan menyambutmu dengan kesederhanaan tapi tetap semampu dan sebaik yang bisa kami berikan. Semoga kelak kamu tau, bahwa banyak kesederhanaan yang mengiringi kehidupan kita, kesederhanaan yang cukup dan semoga diberkahi Allah..

Nak, kami mencintaimu..bahkan ketika kami belum mampu memegangmu secara langsung. Terimakasih selama di perut ibu, kamu selalu jadi anak yang baik, meski kami mungkin baru bisa memberikan yang sederhana untukmu… tetaplah sederhana hingga kelak, kesederhanaan yang semoga dicintai dan diridhoi Allah.
 
 

Comments