Kasih sayang yang sama (2)

"Nisa biar bobok sama ibu aja" kata ibu saat saya masih tinggal bersama beliau setelah melahirkan. Ya, dan begitulah setiap hari..Saat Nisa sudah mulai tidur malam, dia tidur dengan ibu saya. Nanti kalau terbangun dan butuh mimik, maka ibu saya akan ke kamar saya untuk mengantar nisa mimik. Setelah mimik, Nisa dibawa ibu saya ke kamarnya. Tujuannya? Supaya ibu bisa melihat saya tidur nyenyak. Karena saya memang kurang bisa nyenyak kalau ada gerakan sedikit saja dari Nisa. Refleksnya terbangun dan efeknya keesokan paginya nggak efektif.

"Wis sini tak plastikin aja sekalian" kata ayah mertua saat nengok cucu di Palangka. Meskipun beliau sempat sakit pinggang karena sebelumnya sudah mlastikin beberapa kardus, tetapi tetap dilanjutkan supaya anaknya -suami saya- tidak perlu mlastikin kardus.

Kasih sayang yang selalu sama dari orang tua ke anaknya. Dulu secara teori mungkin saya sudah berkali-kali mendengar dan (sepertinya) memahami. Tetapi pada kenyataannya teori tinggallah teori. Saat menjadi orang tua dari anak-anak kita insyaaAllah kita akan lebih memahami dan merasakan sendiri. Bagaimana perjuangan orang tua untuk anak-anaknya. Bagaimana kasih sayang orang tua yang nyaris sempurna bahkan hingga kini dan nanti saat kita sudah bisa disebut dewasa.

Kasih sayang yang sama... Namun terkadang kita lupa bahwa orang yang memberikan kasih sayang nyaris sempurna -orang tua kita- tak lagi sama. Mulai muncul uban di rambutnya, mulai mengeriput tangan atau kulit yang lainnya, mulai berkurang penglihatannya... Hingga terkadang kita menganggap beliau masih sama seperti dulu.

Berhenti sejenak dari rutinitas, selalu sempatkan waktu berdoa kepada Allah untuk segala kebaikan bagi orang tua. Semoga kita termasuk anak yang Sholeh/Sholehah yang bisa menjadi pemberat kebaikan bagi orang tua di hari akhir kelak.

Comments