Traveling with Toddler


Mungkin zaman now ngajak toddler bahkan bayi jalan-jalan bukan menjadi hal merepotkan daripada dulu. Terutama moda transportasi yang sudah semakin baik yes. Pilihan penerbangan sudah cukup banyak, kereta api semakin apik, taksi online sudah dimana-mana (bahkan di Palangka mulai ada tahun ini!), kapal seharusnya juga sudah baik ya (terakhir naik kapal penyeberangan 3 tahun lalu dan itu cuman sebentar sih jadi belum tau juga kapal besar yang mungkin bisa berhari-hari di atas lautan). Dan karena saat hamil saya "diperam" sama suami alias nggak kemana-mana selain dalam kota, maka pas bayi sudah keluar suami mengajak saya dan nisa jalan-jalan untuk melihat indahnya ciptaanNya.

Sebenarnya nisa pergi ke luar kota selain ke Palangkaraya saat usia 3 bulan, ke Jakarta tapi dalam rangka dinas dan nggak pake perpanjangan lama di sana alias langsung balik ke Palangkaraya. Dan selama ayahnya dinas kami tinggal di rumah bude, praktis emang nggak kemana-mana sih. Baru benar-benar diajak jalan saat usianya empat bulanan jelang lima bulan ke Malang dan Batu. Sebulanan kemudian ke Banjarmasin dan sebulanan kemudian ke Jogja. Pengalaman bawa bayi traveling sepertinya lebih simpel daripada bawa toddler *pengalaman kami ya. Karena bayi masih lebih banyak tidur dan tentunya belum banyak maunya. Hehe. Nah kalau berstatus toddler nisa dibawa ke Surabaya-Lombok, Pasuruan dan Jakarta-Bandung. Berikut yang menjadi catatan saya selama traveling bersama nisa.

Tim ransel atau koper?
Kalau kami tim ransel, kenapa? Karena emang adanya ransel di rumah. Hehe. Koper ada sih satu dan itu lumayan segede gaban, mayan rempong bawanya. Dan memang suamipun sengaja beli ransel ala2 pendaki gunung biar nggak menuh-menuhin rumah kontrakan. Jadi ransel2 bisa dimasukin ke koper kalau sedang tidak dipakai.  Kami (saya dan nisa) pindahan dari Madiun ke Palangkaraya ya cuman bawa ransel sebiji itu. Alasan kedua menurut kami lebih praktis dibawa di medan apapun. Kekurangannya tentu lebih berat di punggung yes.

Tim gendongan atau stroller?
Tim gendongan dan gendongan ini dipakai dari dia bayi sampai sekarang. Mau cari yang baru kok belum nemu. Kenapa nggak pakai stroller? Karena kalau ada stroller di rumah bakalan menuh-menuhin rumah yang memang mungil ini. Dan gendongan lebih cocok dan praktis dibawa ke medan apapun. Tapi sebenarnya di beberapa tempat wisata semacam Batu Secret Zoo, museum angkut atau theme park lainnya gitu stroller sangat membantu. Karena pengalaman keliling museum angkut apalagi Batu Secret Zoo pakai gendongan model ring sling biasa sungguh membuat punggung cenut cenut. Kalau nggak punya stroller bisa disiasati dengan sewa stroller saat bepergian. Di kota-kota besar sepertinya sudah banyak ya persewaan stroller harian, mingguan atau bulanan.


Tim bawa baju banyak atau sedikit? 
Tim bawa baju sedikit atau secukupnya. Diusahakan banget tas ransel satu sepertinya di foto atas itu cukup. Baik untuk traveling sehari dua hari atau seminggu lebih. Kami lebih memilih nyuci atau laundry daripada bawa baju banyak. Jadi mengapa menginap di apartemen sangat membantu biasanya untuk hal cuci mencuci dan jemur menjemur. Hehe


Karena berusaha untuk travel light kadang kami nggak bawa mainan selama traveling. Paling satu atau dua biji mainan yang bisa masuk tas slempang/diaper bag. Dan nggak bawa banyak perlengkapan misal harus bawa baby bath atau peralatan MPASI komplit. Mandiin nisa kalau pas di hotel dari dia bayi ya langsung pakai showernya. Saat dia belum bisa duduk memang harus dua orang yang mandiin sih, saya dan ayahnya. Peralatan MPASI bawa yang simpel cem mangkok, sendok, saringan kawat itu doang kayaknya pas makanannya masih halus.

Nah yang menurut saya penting saat traveling bersama toddler adalah sesuaikan itinerary dengan jadwal istirahat anak. Karena kalau kami berpedoman saat traveling ketika anak tidur kami juga harus istirahat meskipun nggak tidur. Kenapa? Karena nak kanak ini energinya luar biasa. Dan kita nggak mungkin kan tidur saat anak lagi aktif-aktifnya? Sedangkan saat traveling kita juga membutuhkan istirahat lebih supaya kondisi kesehatan tetap terjaga plus bawa toddler itu cukup menguras energi dan emosi hehe. Jadi memang selain menjaga kesehatan fisik kita harus menjaga kesehatan emosi juga. Kami biasanya sangu madu, vitamin serta antangin #eaaaa. Selain itu kesehatan anak tetep juga harus diperhatikan jadi mengapa jadwal istirahat ini sangat penting apalagi traveling yang nggak sehari dua hari. Nak kanak ini selain kelebihan energi juga kan belum bisa ngerasa capek trus harus istirahat kayak kita gitu ya, jadi memang harus dijadwalkan menurut kami. 

Selaraskan antara ekspektasi dan realita. Eskpektasinya semua sesuai dengan itinerary yang sudah kita buat. Jam segini begini jam segitu begitu, kadang kita berharap begitu kan ya? Tapi pada kenyataannya saat bersama toddler menurut pengalaman kami ya harus lebih fleksibel. Waktu di Surabaya-Lombok misalnya, tiba-tiba nisa demam dan nggak langsung turun padahal harus lanjut flight ke Lombok setelah beberapa hari di Surabaya. Akhirnya ya di Lombok kita banyakin leyeh-leyeh di hotel, sibuk sembuhin nisa. Saat di Bandung juga gitu, karena nisa sudah semakin rewel di hari-hari terakhir di sana saat diajak keluar (mungkin karena sudah kecapekan) ya kita banyakin goler-goler di hotel.

Kalau bayi menurut pengalaman kami lebih bisa diatur jadwal dan emosinya karena ya itu tadi belum banyak maunya. Hehe. Banyak tidur dan tinggal gendong aja. Kalau udah banyak maunya ya sabarnya dibanyakin. Karena meskipun toddler sudah bisa diajak ngobrol, kadang nggak secepat kilat atau sekali dua kali dibilangin langsung mudheng kan ya? Sabar adalah obat terbaik. Hihi

Tapi traveling bersama anak tentu sangat perlu dicoba dan dilaksanakan. Karena ada banyak hal mengejutkan yang menanti. Cukup pengen liburan cem keluarga belo (ayudia, dito, sekala) yang sewa caravan di New Zealand. Bukan pengen New Zealand nya sih karena kejauhan dan kemahalan bagi kami tentunya. Tapi pengalaman berperjalanan dengan kendaraan darat bersama (maklum mantan sopir), sungguh sepertinya melatih kesabaran ekstra. Karena selama ini kamipun jarang memilih mobil sebagai moda transportasi jarak jauh (lebih dari sejam) karena nisa toddler akan lebih cranky di mobil (terutama yang umum misal travel ya, kalau mobil pribadi selain emang belum ada mungkin bisa dimodif lebih ramah anak) karena nggak bisa jalan-jalan dan begitu-begitu aja. Hehe.

Sekian curhat traveling bersama anak. Semoga bermanfaat.

Comments