Palangkaraya!

Kalau saya mengingat Pengadegan dan sekitarnya dengan masa-masa berdua bersama suami (cieee) lain halnya dengan Palangkaraya. Kami mungkin kelak akan mengingatnya dengan banyak kenangan bersama Nisa saat bayi. Karena sejak usianya belum genap dua bulan, Nisa sudah ngikut ayahnya pindah tugas di Palangkaraya. Entah kapan kami akan disini, karena rahasia SK mutasi hanyalah Allah dan orang-orang berwenang yang mengetahuinya. Hihi.

Saat itu bulan Ramadhan seingat saya saat suami menyampaikan bahwa kabar SK mutasi akhirnya datang juga. Di kamar kos yang imut di salah satu sudut ibukota, menjadi saksi kelegaan sekaligus perasaan campur aduk karena kita sama-sama belum pernah ke Palangkaraya. Lega karena akhirnya dapet keluar juga pengumuman penempatan selanjutnya, lega karena penempatan selanjutnya (Palangkaraya) masih terhitung terjangkau dari homebase, sedih karena harus mulai meninggalkan kenyamanan-kenyamanan hidup di Pengadegan dan sekitarnya, penasaran dengan kota Palangkaraya yang akan menjadi salah satu bagian cerita hidup kami dan lain sebagainya.

Suami pindah duluan ke Palangkaraya usai lebaran, dan saya menyusul setelah jabang bayi lahir. Lupa tanggal tepatnya.. hihi, Desember 2016 saya dan Nisa menginjakkan kaki pertama kali di Palangkaraya dan disambut hujan serta hawa sejuk yang bersahabat. Alhamdulillah...

Nah, jadi saat saya bilang ke teman atau saudara bahwa Palangkaraya tak seramai Madiun banyak yang tak mengira dan tak menyana hehe. Mungkin karena ibu kota provinsi ya, dan malah digosipin mau dijadikan ibu kota. Jadi bayangan orang-orang tentang Palangkaraya pasti lebih "hidup" dari Madiun, homebase kami. Palangkaraya mungkin memang luas wilayahnya, namun untuk bagian 'kota' nya tak begitu besar menurut saya.


Jalanan utamanya rapi dan lumayan lebar seperti Jalan RTA Milono, Thamrin, Adonis Samad, Tjilik Riwut, Diponegoro, Ahmad Yani, Yos Sudarso G.Obos. Namun jangan tanya jalan yang agak masuk dikit ya (maksudnya belok dari jalan utama yang saya sebutin tadi, bukan jalan pedalaman) masih banyak yang berlubang atau nggak aspalan. Jadi ya begitulah.. hihi. Alhamdulillah Palangkaraya punya bandara yang memang jadi salah satu akses di Kalimantan Tengah. Bandara Tjilik Riwut namanya, diambil dari nama Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama. Dan bandara inipun jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota.
Bundaran besar menjadi pusat kegiatan besar biasanya. Bundaran besar semacam lapangan berbentuk lingkaran yang tengahnya ada patungnya. Gitu aja sih mungkin deskripsinya. Bundaran besar ini terletak tepat di depan Istana Isen Mulang, atau rumah jabatan Gubernur Kalimantan Tengah. Biasanya yang rutin ya Car Free Day yang dimulai dari jalan Yos Sudarso hingga bundaran besar.

Sungai Kahayan dan jembatan Kahayan menjadi ikon Palangkaraya. Wisata susur sungai juga ada, namun sepertinya butuh pengelolaan yang lebih baik. Karena belum begitu terkomersialkan menurut saya. Kita harus sewa kapal dengan biaya yang bisa dikatakan tidak murah, jadi memang harus mencari rombongan.
Hal yang menurut saya cukup menarik adalah banyaknya barak di Palangkaraya. Mulai dari barak kayu/rumah panggung hingga semen/rumah pada umumnya. O iya barak ini semacam rumah petak ya, jadi kayak kos-kosan gitu tapi biasanya dalemnya nggak hanya kamar saja. Ada ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan dapur semuanya dalam ukuran lebih kecil dari rumah-rumah pada umumnya. Mungkin karena memang banyaknya perantauan disini, mungkin. Untuk hotel sekarang ini yang sekelas bintang empat ada Swissbel, Aquarius. Yang dibawahnya juga lumayan banyak seperti Luwansa, Neo, Fovere, Amaris dll. Homestay dan guest house juga lumayan banyak.

Angkutan umum di Palangkaraya untuk dalam kota ada angkot warna oranye yang biasa lewat di jalan-jalan tertentu. Harganya 5 ribu per orang jauh dekat. Ojek online lokal seperti neojek dan eljek. Ojek online internasional ada Grab. Kabarnya gojek juga akan menyusul.

Mungkin sekian overview tentang Palangkaraya. Sampai jumpa di chapter kuliner dan wisata. InsyaaAllah 

Comments