Ber-Kebun

Zaman now ternyata berkebun tidak bergantung pada adanya lahan yg luas. Hidroponik menjadi salah satu solusi, meskipun bertanam di tanah pada lahan terbataspun juga bisa setelah saya kepo-kepo ke beberapa akun Instagram (eaa). Dari dulu sebenarnya niat untuk berkebun sudah ada, di rumah milik kami sendiri. Namun pada kenyataannya rumah milik kami sendiri kan belum ada ya plus suami juga masih akan berpindah tempat kerja tiap beberapa tahun. Jadilah belum jadi berkebun . Eh ditambah lagi sebelum kami tinggal di rumah dinas ini memang kami tinggal di barak yang tidak memiliki lahan untuk berkebun. Setelah alhamdulillah dapat izin tinggal di rumah dinas yang memiliki halaman depan yang lumayan, saya mulai tergerak untuk berkebun. Ditambah ada teman suami yang telah duluan berkebun hidroponik di halaman rumah kontrakannya di Palangkaraya. Udah pas deh pokoknya.

Akhirnya suatu hari saya belajar dengan istri temannya suami, namanya mbak Nina. Diajari mulai penyemaian plus dikasih sangu rockwool, bibit dan nutrisi. Biar segera praktek katanya. Hehe. Akhirnya saya belajar menyemai dengan peralatan seadanya.. percobaan pertama menanam kangkung. Alhamdulillah bisa tumbuh dan saya pindah ke botol air mineral 600ml. O iya sebelumnya saya belum menentukan mau pake sistem apa dalam menanam hidroponik. Ternyata ada banyak sistem gengs. Ada rakit apung, sumbu (wick), DFT, NFT dll. Karena keterbatasan alat dan hasil ngobrol dengan teman yang sudah duluan berkebun hidroponik di Cibinong, sebut saja ummu, akhirnya saya memutuskan menggunakan sistem sumbu (wick).

Semakin semangat berkebun saat dapet warisan peralatan dari mbak Nina yang pindah ke Jawa. Iyalah dapet rak buat naruh wadah gabus, wadah gabus sebagai tempat tumbuh tanaman, netpot yang buanyak, dll. Alhamdulillah Ya Allah, terimakasih mbak nina dan mas riski, semoga Allah balas dengan yang lebih baik.

Akhirnya saya mulai nyoba beberapa jenis tanaman, seperti selada, bayam merah, pakcoi, kale dan tomat ceri. Semua yang saya tanam sebenarnya bertujuan juga untuk memenuhi kebutuhan dunia per-jus-an yang sekarang tiap hari dilakukan. Selain menghemat pengeluaran juga lebih aman karena tanpa pestisida.
Melihat tanaman-tanaman tersebut tumbuh.. Masyaa Allah seneng bianget. Pas buka pintu pagi hari liat yang ijo-ijo nangkring di rak-rak. Hehe. Tiap hari disempatkan juga nengok bayi-bayi tanaman yang semakin bertumbuh. Alhamdulillah. Sempat panen yang cukup menggembirakan yaitu selada dan pakcoi. Setelahnya saya tinggal mudik dan akhirnya kurang menyenangkan hiks. Meskipun masih ada yang bisa dipanen. Seperti bayam merah, pakcoi dan sedikit kale. Tomat cerinya bener-bener bhaayyy...
Sekarang sedang memulai dari awal lagi, semoga bisa panen lagi lebih baik!

Berkebun itu ternyata menyenangkan gengs dan nggak begitu ribet. Semoga pan kapan bisa belajar berkebun organik menggunakan tanah.







Comments